Nusatoday.id – Di balik rimbunnya hutan dan derasnya sungai-sungai di Kalimantan Barat, tersimpan kekayaan kuliner yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh berbagai suku, seperti Dayak, Melayu, hingga Tionghoa. Bukan sekadar makanan, tiap racikan menyimpan cerita panjang tentang tradisi, identitas, dan kebersamaan.
Sebut saja Bubur Pedas Sambas—makanan ikonik yang awalnya hadir dalam upacara adat, kini bisa kita temui di berbagai sudut kota. Rasanya yang khas, campuran sayuran lokal dan rempah segar, membuatnya tetap eksis meski zaman terus berubah.
Ada pula Pengkang, camilan legit berbahan ketan berisi ebi, dibungkus daun pisang dan dibakar di atas arang. Dulu sering dijadikan bekal perjalanan jauh, kini jadi buruan wisatawan yang ingin mencicipi sensasi otentik Kalimantan.
Tak ketinggalan, Chai Kwe—kuliner peranakan Tionghoa yang berbentuk seperti pastel kukus dengan isian bengkoang atau kucai. Meski sederhana, rasanya tak pernah gagal membuat rindu.
Di tengah gempuran makanan modern dan instan, kuliner Kalimantan Barat tetap bertahan sebagai penanda identitas dan bukti bahwa warisan rasa bisa menyatukan generasi.