Nusatodya.id – Labuan Bajo, di ujung barat Flores, semakin dikenal sebagai destinasi pasangan yang mencintai petualangan sekaligus keindahan alam. Meski data pariwisata nasional spesifik Labuan Bajo untuk 2025 relatif terbatas, kawasan NTB(termasuk Lombok) menunjukkan tren pariwisata positif —dan semangat eksplorasi ini juga berlaku untuk bagian timur Indonesia seperti Flores. Misalnya, NTB menargetkan 2,5 juta kunjungan wisatawan pada 2025. Antara News+1
Pasangan yang menjelajah Labuan Bajo biasanya memulai petualangan dari Pulau Padar, trekking bersama di bukit-bukit berundak, lalu disambut panorama laut biru. Momen ini seperti metafora cinta: meski penuh perjuangan (naik bukit), pemandangan indah di puncak terasa sangat berharga.
Setelah trekking, banyak pasangan memilih untuk bermalam di kapal live-on-board, menyaksikan langit malam penuh bintang jauh dari polusi kota. Suara ombak, percakapan ringan, dan kadang bisik “aku cinta kamu” saat gelombang berdebur —semua terasa sangat intim dan personal.
Selain kapal, wisatawan bisa menjelajah pulau-pulau di sekitar seperti Kelor, Rinca, dan Komodo. Aktivitas menyelam atau snorkeling bersama menambah rasa petualangan dan kebersamaan; melihat terumbu karang bersama menjadi pengalaman yang memperkuat ikatan emosional.
Pariwisata Labuan Bajo juga mendapat dorongan dari event-event wisata dan pemulihan pariwisata nasional. Peningkatan kunjungan wisatawan di NTB, serta dukungan pembangunan infrastruktur, memperkuat daya tarik Flores sebagai destinasi romantis alternatif dari Bali atau Lombok.
Bagi banyak pasangan, Labuan Bajo adalah simbol cinta yang tumbuh melalui pengalaman — bukan hanya di lounge hotel mewah, tetapi di tengah laut, di atas kapal tradisional, dan dalam pelukan angin laut. Di sinilah kenangan cinta dibangun dengan cara yang sangat bebas dan otentik.











