Nusatoday.id – Mengikuti tren terbaru, parfum kini bukan sekadar aroma pelengkap penampilan, tetapi menjadi sarana ekspresi emosional dan memori personal, yang memberi arti lebih dalam dibanding sekadar wangi estetik.
Di New York dan Paris, parfum dengan narasi emosional seperti “aroma kenangan musim panas” menjadi populer karena konsumen mencari aroma yang membangkitkan perasaan dan momen tertentu dalam hidup mereka.
Di Jakarta sendiri, banyak brand lokal mulai memasarkan parfum dengan tema cerita personal, seperti aroma kopi pagi atau hujan pertama musim penghujan, yang resonan dengan pengalaman hidup konsumen urban.
Contoh kasus di Surakarta menunjukkan pengguna memilih parfum tertentu karena wangi itu mengingatkan mereka pada masa sekolah atau perjalanan liburan keluarga, menciptakan keterikatan emosional yang kuat tiap kali disemprotkan.
Dengan demikian, parfum terus berkembang di 2025 sebagai medium personalisasi yang jauh lebih bermakna — bukan hanya sekadar harum tapi juga menyimpan cerita dan emosi.











