Nusatoday.id – Berita menyesatkan memiliki karakteristik tertentu yang dapat dikenali oleh pembaca yang waspada. Salah satu ciri paling umum adalah penggunaan bahasa yang sangat emosional, seperti menakut-nakuti, menghasut, atau memancing kemarahan. Pola ini sering digunakan agar pembaca bereaksi cepat tanpa berpikir panjang.
Tanda lain yang patut dicurigai adalah tidak adanya keseimbangan informasi. Berita menyesatkan biasanya hanya menampilkan satu sisi cerita dan mengabaikan klarifikasi dari pihak lain. Padahal, prinsip jurnalisme menekankan keberimbangan agar publik memperoleh gambaran yang utuh.
Minimnya data dan bukti juga menjadi indikator kuat. Klaim besar yang tidak disertai angka, dokumen, atau sumber jelas sering kali mengarah pada misinformasi. Laporan UNESCO tentang literasi media menyebutkan bahwa absennya data adalah salah satu ciri utama konten manipulatif.
Selain itu, berita menyesatkan kerap diakhiri dengan ajakan menyebarkan informasi secepatnya. Kalimat seperti “sebarkan agar semua tahu” atau “jangan biarkan ini disembunyikan” bertujuan mempercepat viralitas tanpa memberi ruang verifikasi.
Dengan mengenali tanda-tanda ini, pembaca dapat lebih waspada dan tidak mudah terjebak informasi yang menyesatkan, sekaligus menjaga kualitas diskusi publik di ruang digital.











