Pada 2026, investor properti menghadapi dilema antara membeli rumah tapak atau apartemen. Analisis pasar menunjukkan bahwa rumah tapak menawarkan pertumbuhan nilai jangka panjang lebih stabil, sementara apartemen memiliki keuntungan likuiditas dan permintaan sewa tinggi di kota besar.
Di Jakarta, rumah tapak di suburban seperti Tangerang dan Bekasi menjadi pilihan investor karena harga lebih terjangkau dan tren urbanisasi mendorong permintaan. Sementara apartemen premium di pusat kota menarik milenial dan ekspatriat karena lokasi strategis.
Return sewa apartemen umumnya lebih tinggi dibanding rumah tapak, sekitar 5–7% per tahun, terutama di kawasan bisnis. Rumah tapak cenderung mengalami kenaikan nilai jangka panjang, rata-rata 6–8% per tahun tergantung lokasi.
Investor juga mempertimbangkan biaya perawatan. Apartemen memiliki biaya bulanan untuk fasilitas bersama, sedangkan rumah tapak memerlukan biaya renovasi dan pemeliharaan mandiri. Pilihan tergantung tujuan investasi: pendapatan sewa atau apresiasi nilai.
Dengan pertimbangan tren pasar, rumah tapak cocok untuk investor jangka panjang, sementara apartemen memberikan keuntungan cepat dari sewa. Keduanya tetap menarik jika lokasi strategis dan permintaan tinggi.













