News Today

Keadilan Energi di Hari Kemerdekaan, Subsidi BBM Harus Tepat Sasaran

×

Keadilan Energi di Hari Kemerdekaan, Subsidi BBM Harus Tepat Sasaran

Sebarkan artikel ini
Foto (Ist).

NUSATODAY.ID – MUDA Indonesia dengan dukungan PT Pertamina (Persero) menyelenggarakan diskusi publik bertema “Subsidi BBM untuk Siapa? Menimbang Keadilan Energi di Hari Kemerdekaan” pada Jumat, 29 Agustus 2025 di Waris Coffee, Matraman, Jakarta Pusat. Acara ini digelar dalam rangka memperingati momentum Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 dan dihadiri sekitar 40 mahasiswa dan pemuda.

Diskusi berlangsung hangat dengan menghadirkan narasumber dari kalangan pengamat kebijakan publik dan aktivis muda yang menyoroti persoalan kebijakan subsidi BBM, ketahanan energi nasional, hingga peran generasi muda dalam mendorong terciptanya keadilan energi di Indonesia.

Pengamat kebijakan publik, Amri yang akrab disapa Hayum, menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek keadilan dalam setiap kebijakan energi, termasuk kebijakan subsidi BBM. Ia menyoroti bahwa kebijakan subsidi masih kerap kecolongan belum tepat sasaran. Realitanya subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh masyarakat mampu, bukan malah ke masyarakat miskin. Contohnya menurut data Kemenkeu RI 80% pengguna solar dinikmati oleh kalangan rumah tangga mampu. Selain itu, ia menegaskan aspek lain seperti investasi besar di sektor energi sangat penting agar Indonesia bisa lebih mandiri dan memangkas harga lebih murah, karena nominal subsidi BMM cukup besar dan sangat membebani anggaran negara.

“Pertimbangan keadilan energi sangat penting dalam setiap kebijakan publik, khususnya terkait subsidi BBM. Kita perlu meninjau kembali apakah subsidi yang ada benar-benar tepat sasaran. Selain itu, hingga kini, pasokan BBM kita masih sangat bergantung pada impor, padahal Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang cukup. Memang nilai investasi sektor energi sangat tinggi, tetapi justru karena itulah investasi ini harus dijalankan, karena energi adalah kebutuhan masyarakat luas, selain bisa untuk mengamankan stok, juga harga pun bisa bersaing dan dikendalikan,” ujar Hayum dalam diskusi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, impor minyak mentah Indonesia mencapai sekitar 14 juta ton per tahun, dengan nilai belanja lebih dari Rp 150 triliun. Di sisi lain, produksi minyak nasional stagnan di kisaran 600 ribu barel per hari, jauh di bawah kebutuhan dalam negeri yang mencapai 1,4 juta barel per hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada impor masih menjadi tantangan besar bagi kedaulatan energi nasional.

Sementara itu, Anang Ardiansyah, narasumber lainnya dari kalangan mahasiswa menekankan pentingnya kedaulatan energi bagi masa depan Indonesia dan menyerukan agar anak muda turut mengambil peran aktif dalam sektor strategis ini.

“Kedaulatan energi adalah kunci bagi masa depan bangsa. Anak muda harus hadir bukan hanya sebagai penonton, tapi juga sebagai pengawal kebijakan dan pelaku langsung. Kita harus menyiapkan diri dengan keahlian khusus di bidang energi agar Indonesia tidak kekurangan orang-orang pintar yang mampu membangun sektor ini,” tegas Anang.

Diskusi publik ini menegaskan bahwa keadilan energi harus menjadi pertimbangan utama dalam kebijakan subsidi BBM, sekaligus mendorong investasi yang berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga membuka ruang partisipasi bagi mahasiswa dan generasi muda untuk terlibat langsung dalam isu-isu strategis yang menentukan masa depan bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *