Nusatoday.id – Memasuki akhir 2025, peta bisnis nasional menunjukkan pergeseran signifikan yang bukan sekadar tren musiman, melainkan perubahan struktural jangka panjang. Data Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 berada di kisaran 5 persen, ditopang kuat oleh konsumsi domestik dan transformasi digital.
Kondisi ini melahirkan peluang usaha yang tidak hanya relevan saat ini, tetapi juga diproyeksikan terus berkembang pada 2026, terutama di sektor yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan dasar, teknologi, dan gaya hidup masyarakat modern.
Bisnis ekonomi digital dan layanan berbasis internet masih menjadi motor utama pertumbuhan. Laporan Google–Temasek–Bain tahun 2025 menyebut nilai ekonomi digital Indonesia telah menembus lebih dari USD 90 miliar, dengan laju pertumbuhan tahunan dua digit.
Aktivitas seperti perdagangan daring, layanan keuangan digital, dan konten kreator bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan tulang punggung ekonomi baru. Pada 2026, sektor ini diprediksi semakin matang seiring meningkatnya penetrasi internet yang telah mencapai lebih dari 79 persen populasi Indonesia menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.
Sektor pangan dan agribisnis modern juga menunjukkan daya tahan tinggi. Sepanjang 2025, Kementerian Pertanian mencatat kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional tetap stabil di atas 12 persen, dengan tren peningkatan pada produk olahan dan pangan sehat. Kesadaran masyarakat terhadap keamanan pangan dan nutrisi membuka ruang besar bagi bisnis pertanian berbasis teknologi, urban farming, hingga produk organik. Proyeksi 2026 menunjukkan permintaan pangan berkualitas akan terus naik seiring pertumbuhan kelas menengah dan urbanisasi.
Di sisi lain, bisnis kesehatan dan kebugaran tumbuh konsisten pascapandemi. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan belanja masyarakat untuk layanan kesehatan dan preventif meningkat lebih dari 15 persen sepanjang 2025. Klinik pratama, produk herbal terstandar,hingga layanan kesehatan digital menjadi pilihan utama masyarakat.
Tren ini bersifat jangka panjang karena perubahan pola pikir, dari kuratif ke preventif, yang diperkirakan semakin menguat pada 2026 dan tahun-tahun berikutnya.
Tak kalah penting, sektor energi terbarukan dan ekonomi hijau mulai bergerak dari wacana ke peluang nyata. Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan mencapai sekitar 23 persen, sementara realisasi 2025 telah mendekati 14 persen menurut Kementerian ESDM.
Celah ini membuka peluang bisnis di bidang panel surya, pengelolaan limbah, hingga jasa efisiensi energi. Dengan dorongan regulasi dan kesadaran lingkungan yang terus meningkat, sektor ini dipandang sebagai salah satu bisnis paling berkelanjutan menuju 2026.

















