Nusatoday.id – Standar kecantikan di Asia dan Barat berkembang dari latar budaya yang berbeda. Di banyak negara Asia, kecantikan sering dikaitkan dengan kulit cerah, wajah simetris, dan tampilan awet muda. Sementara itu, negara-negara Barat cenderung menonjolkan kepercayaan diri, ekspresi personal, dan keberagaman bentuk tubuh serta warna kulit.
Perbedaan ini diperkuat oleh industri kecantikan global yang nilainya terus meningkat. Menurut laporan industri kecantikan global 2024, nilai pasar beauty dunia diperkirakan melampaui USD 500 miliar sebelum 2027. Angka ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh industri dalam membentuk persepsi kecantikan lintas negara, termasuk melalui iklan dan figur publik.
Asia, khususnya Korea Selatan, menjadi contoh kuat bagaimana standar kecantikan dikemas secara sistematis. Data dari Kementerian Perdagangan Korea menunjukkan ekspor kosmetik Korea mencapai sekitar USD 2,3 miliar hanya pada kuartal pertama 2024. Dominasi K-Beauty membuat konsep kulit “glass skin” dan perawatan berlapis menjadi standar baru di banyak negara.
Sebaliknya, di Barat terjadi pergeseran signifikan menuju inklusivitas. Gerakan body positivity dan kampanye kecantikan inklusif semakin banyak muncul sejak 2022. Laporan industri di Amerika Serikat dan Eropa mencatat meningkatnya permintaan produk yang menampilkan beragam usia, ukuran tubuh, dan warna kulit, meski tekanan visual tetap ada.
Dari sisi medis, standar kecantikan global juga tercermin pada meningkatnya tindakan estetika. Laporan International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS) mencatat sekitar 34–35 juta prosedur estetika dilakukan secara global pada 2022–2023, baik bedah maupun non-bedah. Ini menunjukkan bahwa standar kecantikan kini sering melibatkan intervensi medis.
Jika dilihat dari realisme, standar Asia menuntut konsistensi perawatan jangka panjang, sedangkan Barat menawarkan fleksibilitas ekspresi namun tetap terpengaruh tren visual. Realistis atau tidaknya sangat bergantung pada akses ekonomi, edukasi kecantikan, dan kondisi sosial masing-masing individu.
Standar kecantikan tidak bisa disamaratakan. Yang paling realistis adalah pendekatan yang menempatkan kesehatan kulit dan mental sebagai prioritas, sambil menghargai keragaman budaya tanpa menjadikannya alat perbandingan yang menekan.











