Nusatoday.id – BMKG memastikan gempa 5,8 di Jailolo tidak berpotensi tsunami, namun fakta global menunjukkan bahwa mayoritas korban gempa justru terjadi tanpa tsunami. Ancaman terbesar berasal dari runtuhan bangunan dan kepanikan massal.
Gempa Maroko 2023 yang menewaskan hampir 3.000 orang terjadi tanpa tsunami, dengan penyebab utama adalah runtuhnya rumah-rumah tradisional di wilayah pegunungan. Hal serupa juga terjadi pada gempa Afghanistan 2022–2023 yang menewaskan ribuan orang akibat rumah lumpur yang rapuh.
Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen korban gempa dunia berasal dari keruntuhan struktur bangunan, bukan gelombang laut. Hal ini menjadi peringatan penting bagi wilayah daratan seperti Maluku Utara.
Pemerintah perlu memprioritaskan edukasi bahwa status “tidak berpotensi tsunami” bukan berarti aman sepenuhnya. Masyarakat juga harus memahami risiko runtuhan dan menjauhi bangunan lama atau retak pascagempa.




